nagari ngayogjakarta hadiningrat – budiesinfo.com

PANCA CATUR TRUSING TYAS

Panca Catur Trusung Tyas adalah candra sengkala berdirinya NKRI. Pengubahan candra sengkala menjadi angka disusun secara terbalik. Panca berarti 5, Catur berarti 4, Trusing berarti 9 dan Tyas berarti 1. Jadi jika disusun secara terbalik akan menghasilkan angka 1945, bertepatan dengan hari Jumat Legi.

Pada hari yang sama Sultan Agung yang terkenal, ratu binatara kerajaan Mataram kedua lahir dan wafat pada Jumat Legi. Beliau itu dihormati sebagai ratu bijak di tanah Jawa. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 adalah juga pada Jumat Legi. Orang tradisional biasanya tidak akan kawin atau melakukan hal-hal yang penting, pada saat yang dianggap “Hari Jelek” antara lain hari kematian orang tuanya.(Njowo Pedia:diakses 14/12/2010).

Pada awal berdirinya negeri ini dilukiskan sebagai “negeri panjang punjung wukir gunung, gemah ripah loh jinawi tata tentren karta raharja, Panjang dawa pocapane, punjung luhur kawibawane“. Dalam perjalanannya hingga 65 tahun, kalimat tersebut hanya ibarat sebuah puisi, yang tak mungkin bisa tercapai, seperti dilukiskan dalam kisah “ontran-ontran negeri kelelawar“.

Tidak berlebihan jika ternyata tahun 2010 ini oleh pak Sastro diberi candra sengkala SIRNA PRAJA ILANGING BEKTI. Maknanya bisa bermacam-macam, tergantung yang memberi makna. Yang jelas di pengujung tahun ini, sebagian masyarakat diresahkan oleh oleh sebuah rancangan undang-undang. Sebagian masyarakat juga diresahkan dengan sebuah arti monarkhi dan demokrasi, di bulan SURA, bulan yang disakralkan oleh sebagian masyarakat Jawa.

*************

Singkat cerita, menurut penanggalan Jawa, tahun depan adalah tahun 1945. “Tambur wis ditabuh“, akankah PANCA CATUR TRUSING TYAS berlaku di tahun depan? Kembali kearifan para pemimpin diuji untuk menghindari terjadinya MAHABARATA jilid II. Masyarakat yang sudah “guyup, rukun” jangan dianggap “SLILIT” bagi demokrasi. Jangan hanya demi mendewakan demokrasi, masyarakat jad resah.

Comments 36

  • kalau ada di luar bahasa indonesia, tolong diterjemahin deh pak, biar kita-kita yang ga bisa bahasa jawa bisa ngerti juga 🙁

  • Gambarnya itu loh sangat menohok sekali. Apakah sampai segitunya, Yogyakarta harus menjadi negara tersendiri seperti itu

  • Indonesia kan negara kesatuan. Dasar dari kesatuan adalah perbedaan. Kenapa sekarang perbedaan itu mau disamakan. apa artinya kesatuan itu nanti? Biarlah peleburan itu kalau dikehendaki rakyatnya, akan berjalan dengan sendirinya. Pembauran antar suku berjalan dengan sendirinya. Jangan memaksa orang pedalaman pakai jas, gak cocok sama sekali dengan alamnya. Bagi orang Indonesia umumnya, jas pun sebenarnya nggak cocok. Jas cocoknya untuk orang eropa yang hidup selalu dalam udara dingin. Bagi orang Indonesia yang hidup di daerah pegunungan yang dingin, cukup dengan bersarung. Lagianmana ada perkantoran di daerah dingin di Indonesia? Bogor dan Bandung saja sekarang sudah panas.

  • Ngoten ngge pak.. suwon-suwon.. hahaha… mboten nyambung ngge kulo.. 🙂

  • Sepertinya memang telah menjadi gaya hidup penguasa di negeri ini untuk senantiasa mengotak-atik budaya mapan semacam Yogya itu, ya Pak. Coba bikin blog di wordpress, Pak.

  • Mari pertahankan keistimewaan jogjakarta…

  • mumet gak bisa maju lagi ya pak

  • aku tambah ra ngerti opo karepe poro pemimpin negeri, wis ayem tentrem diutak atik, sing perlu diresiki malah ditutupi

  • lha iya, wong sudah rukun kok diuthik-uthik, mentang- sudah gak nyalon lagi

  • bedanya saya tidak bisa mengungkapkannya secara manis dalam bertutur di tulisan ya pak

Tinggalkan Balasan ke Wyd Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.